Palu – Sekitar 4.690 jiwa dari jumlah penduduk di Kecamatan Lindu, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, tidur di luar rumah. Selain tempat tinggal mereka porak poranda akibat gempa 6,2 Scala Richter, gempa susulan juga masih terus terjadi, sehingga mereka khawatir tertimpa bangunan.

“Hari Selasa ini saja sekitar tujuh kali gempa yang kami rasakan. Gempa pukul 03.00 WITA cukup keras sehingga membuat warga sedikit panik,” kata Penanggungjawab Posko Induk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sigi, Zakir, di Desa Tuva, Selasa (21/8).

Zakir mengatakan, di tiga kecamatan yang terkena gempa yakni Lindu, Kulawi dan Gumbasa, sebagian besar masyarakatnya tidur di tenda darurat depan rumah karena trauma atas kejadian gempa 6,2 SR yang menewaskan enam warga dan puluhan lainnya luka-luka.

Menurut Zakir, laporan dari Kecamatan Lindu menyebutkan tidak satupun warga di sana yang berani tidur di dalam rumah.

Camat Lindu, Karno mengakui bahwa warganya yang tersebar di empat desa trauma atas peristiwa gempa pada Sabtu (18/8) tersebut.

“Masyarakat akhirnya tidur di bawah tenda,” katanya.

Seorang warga dari Desa Anca bernama Sarikati (84) meninggal di tenda darurat.

Karno mengatakan, korban tersebut sebelumnya memang sudah menderita sakit.

Dari empat korban meninggal dunia di Lindu, tiga diantaranya meninggal di bawah reruntuhan bangunan yakni Ida, Marlin dan ibu Ani.

Untuk membantu para korban gempa di Lindu, tim penanggulangan bencana dari Dinas Sosial, Dinas Kesehatan dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) telah mengangkut sejumlah kebutuhan para pengungsi menggunakan helikopter milik Yayasan Helivida Indonesia Cabang Palu.

Bantuan yang telah didistribusikan tersebut berupa 150 lembar terpal, 200 selimut, 200 buah matras, 10 dos ikan kaleng, perlengkapan anak 12 paket dan 10 karung perlengkapan dapur.

Bantuan lain yang dikirim adalah lima karton minyak goreng, 570 kilogram beras, 100 dos mi instan, 200 kilogram gula dan 30 dos air mineral.